Sabtu, 15 Oktober 2016

MINGGU SENDU

pagi ini aku kehilangan kekerasan kepalamu
kamu yang dulu kuanggap memperjuangkanku

mungkin kamu mau terbang lebih tinggi
dan aku yang selalu saja keras ingin pegang sayapmu
seolah aku yang paling tahu caranya membuat kamu terbang paling tinggi

aku lupa kamu bukan layangan yang butuh penerbang untuk jauh melayang
selama ini aku baru sadar.. saat kamu mulai jenuh aku kekang

terbang jauh lebih tinggi, stubborn!
maaf sudah mengekangmu terlalu lama

Selasa, 20 September 2016

PUNCAK GUNUNG GEDE PANGRANGO

Alun-alun Surya Kencana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
So, this is the second time, the second chance for me to visit Mount Gede's Peak, ketika diajak temen, aku mah anaknya hayuan.. hayu-hayu aja kalau diajak mah..dulu juga kuat naik gunung, dengan modal dulu kuat yaudah hayuin aja ketika diajak naik gunung lagi..

Tapiiiiii, bedanya sekarang lebih ada persiapannya, dulu naik gunung dipikir-pikir agak nekad juga sih, berangkatnya pake sendal gunung (sempet di suruh buat surat pernyataan siap bertanggung jawab oleh pihak Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan tanda tangannya harus bermaterai -_-" karena membahayakan diri sendiri)

Dulu juga camping pake tenda pramuka, bukan tenda dome (jadi itu angin di gunung dinginnya warbiyasaaaa), bawa banyak perlengkapan yang dijinjing, karena tasnya bukan tas carrier dan ampunnya lagi dulu ga bawa sleeping bag, malah bawa sarung (ini di pikir mau ronda di gunung apa ya)



Nah, pada kesempatan kedua ini, dengan berbekal pengetahuan yang ada, jadi beli sepatu gunung, kupluk, sarung tangan, sleeping bag, botol minum filter dan yang sekarang nyewa tas carrier, dan tenda dome. Secara persiapan kesempatan kedua lebih baik dari pertama kali naik gunung Gede.

Selain persiapan perlengkapan yang lebih baik, pada kesempatan kedua naik gunung Gede, kami memutuskan untuk menyewa porter, agar kami tidak kerepotan membawa tenda dan dimudahkan dalam proses masak dan persiapan yang lainnya (karena rombongannya cuma bertiga, jendral)


Mr.Gugun (Jaket hitam-hijau) naik gunungnya pake Turbo, cepet banget
Itu dia, Pak Gugun (Porter Gunung Gede Pangrango, tapi katanya Pak Gugun juga bisa ngeporterin ke gunung yang lainnya sesuai dengan permintaan), serius deh, kalau naik gunung sama porter, kita diuntungkan waktu, karena tenda dibongkar pasang sama Pak Gugun, kalau kita mau masak juga di masakin sama Pak Gugun (pas waktu pertama kali naik gunung, masak nasi liwet, aduh udah repot bawa alat masaknya, ga taunya ga enak nasi liwetnya, hahaha, tapi ya namanya di gunung, di makan juga walopun ga enak) 

Harga dia ngeporterin juga terjangkau sih kalau berangkatnya bersama kelompok yang banyak, hehehe.. mungkin bisa nawar juga harganya, nah kalau No.Kontak Pak Gugun 081912195717

Pak Gugun kelahiran 1958, jadi tahun 2016 ini umurnya 58, tapi naik gunungnya luar biasaaaa, seminggu bisa 3 kali naik gunung kalau lagi rame yang butuh ngeporterin. Kalau di porterin sama Pak Gugun, banyak cerita seru yang dia ceritakan, mitos-mitos gunung Gede, binatang buas gunung Gede
Nyewa porter untuk naik gunung itu ga akan rugi deh..hehehe..trik supaya bayar porternya tidak terlalu terasa mahal, ajak rombongan minimal 10 orang, jadi kan seorang cuma 60ribu aja, terjangkau!

Sehat-sehat terus ya Pak Gugun!












Jalur pendakian yang kami pilih menuju Puncak Gunung Gede adalah Jalur Gunung Putri, kami pilih karena jarak tempuhnya tidak terlalu jauh, dan jalur pendakiannya tidak terlalu ekstrim, dan ketika kita sampai, kita langsung menuju alun-alun Suryakencana yang viewnya biyuutifuuulll :)

Sebetulnya ada 3 jalur pendakian menuju puncak gunung Gede Pangrango yakni jalur Gunung Putri, jalur Cibodas, dan jalur Selabintana.
Tapi jalur Cibodas dan Selabintana tracknya cukup sulit untuk pendaki pemula, Cibodas aman sih, cuma kekurangannya itu lebih jauh jarak tempuhnya, yang parah mungkin jalur Selabintana, kebayang aja dari Sukabumi jalan ngebelah gunung ke Cianjur dan katanya setelah denger-denger kabar, jalur Selabintana banyak pacetnya (jadi cukup sulit itu jalur Selabintana tuh)

Jalur Cibodas relatif lebih aman, hanya saja  kita naik dari bawah Cibodas, lalu ngecamp di Kandang Badak yang notabene masih 3 jam lagi menuju puncak (dan 3 jam itu jalurnya cukup ekstrim, karena melewati tanjakan setan, setelah itu jalur pendakian cukup sulit)
Ini dia, jalur yang paling ditunggu-tunggu dari Jalur Pendakian Gunung Putri: Jalan Lurus, kalau sudah sampai sini, tinggal 2 detik lagi sampai di Alun-alun Surya Kencana
Kesimpulannya dari tulisan yang cukup panjang di paragraf tadi adalah silahkan pilih jalur yang sesuai dengan kemampuan sodara-sodari, tapi kalau saran saya, mending lewat jalur Gunung Putri, karena saya naik 2 kali ke Puncak Gunung Gede lewat Jalur Gunung Putri. #TeamGunungPutri


THE BLOOM EDELWEISS



Ini dia kelebihan kalau kita naik lewat jalur pendakian Gunung Putri:  Alun-Alun Surya Kencana yang dipenuhi oleh Edelweiss, 

Tumbuhan ini konon katanya adalah bunga abadi, karena ketika sudah dipetik tidak akan layu lagi.
Tapi buat apa dipetik, justru dengan dipetik, kita akan kehilangan indahnya perjuangan mendaki gunung.
Edelweiss is very beautiful! of course it's more beautiful if you can see with your own eyes, your very own eyes!

Pas sampai di puncak, pas edelweissnya sedang mekar, kata pak Gugun, lebih indah kalau belum mekar, ah tapi mau mekar mau tidak, sama kecenya!

You have to see it yourself.
A huge field with a warm sun shining us, an Edelweiss complete the view!

Alun-alun Suryakencana.




Kita lanjut jalan ke tempat kita camp, nah dari jalur keluar Gunung Putri menuju tempat camp, kita jalan lagi sekitar 10 menit, tenang, jalannya lurus, tidak menanjak lagi, hanya saja kalau kalian gampang masuk angin, gunakanlah jaket atau kupluk atau penutup kepala lainnya, walaupun siang hari.

Karena teman saya pas naik sih semangat, udah nyampe Surken juga semangat, pas jalannya seperti yang sehat-sehat aja, ehhh nyampe tenda langsung tepar masuk angin. Jadi kurang lama menikmati alun-alun karena sakit, hehehe, sayang banget kan?

Nah, enaknya kalau kita pakai porter, maka si porter akan naik duluan dan akan mendirikan tenda terlebih dahulu, jadi sudah cape naik, lalu kita tinggal beres-beres dan masuk tenda untuk beristirahat.

Pak Gugun ini membuat tenda pribadi dari plastik dan ga kedinginan si Pak Gugun, kita aja tidur di dalem tenda dinginnya minta ampun, Pak Gugun di saung plastik bisa tidur nyaman, yaaa namanya juga profesional yak..heheheheu.



Dari Alun-alun Suryakencana menuju Puncak Gunung Gede kita harus naik lagi, kurang lebih perjalanan sekitar 1 jam menempuh jalur yang cukup menanjak.

Perjalanan kami mulai pukul 4 pagi (agak telat dikit karena sarapan dan beres-beres dulu), berangkat pukul 4.15 pagi karena kami mau mengejar sunrise di puncak, dan hasilnya telat sekitar 15 menit. tapi masih tetep kebagian lah ya sunrisenya, ga terlalu telat-telat banget.

Perjalanan 1 jam nanjak subuh-subuh itu cukup luar biasa, udaranya dingin, tapi napasnya engap, hahaha, tapi untuk view sebagus foto di bawah, its worthed!



Its really good to see the sun rises again, the air is so fresh, incredible feeling up there! How Great Is Our God!




View yang mungkin sering terlewat para pendaki Puncak Gunung Gede adalah view di atas ini, viewnya amazing!

Kenapa sering terlewat? karena memang posisinya tidak terlalu puncak, masih ada di daerah sekitar pendakian, di beri tahu view ini oleh seorang teman yang dulu juga pernah fotoin di tempat ini.

Isn't it cool?


Tujuan kita naik gunung adalah untuk turun kembali ke tempat asal kita dengan selamat. Setelah kita menikmati view dari atas Puncak Gunung Gede, sekarang markipul.

Jalur pulang kita pilih jalur Cibodas, kenapa?
1. Karena di Cibodas, banyak akses angkot menuju Cianjur (angkot dari Gunung Putri menuju Cianjur cukup sulit, kata pak Gugun harus di carter, harganya 120 ribuan, wadaw mayan juga yak)
2. Setelah melalui tanjakan setan, jalur turun berupa bebatuan, jadi tidak takut nyasar, ya lewat Gunung Putri juga tidak akan nyasar sih, tapi alasan ini diungkapkan lumayan buat nambah-nambahin kata-kata di blog..hahahaha
3. Karena banyak tempat singgah untuk foto-foto di sekitar jalur pulang melalui Cibodas
The Legendary TANJAKAN SETAN
yang bawa kamera ya tugasnya motoin, yanasib gapunya foto di tempat ini :(
Nah spot yang pertama adalah Tanjakan Setan, sekarang yang kami hadapi adalah Turunan setan, kenapa dinamakan Tanjakan Setan? karena mungkin Tanjakannya itu sangat curam, hampir 90 derajat, dan membuat setiap orang yang naik akan berkata "SETAN NIH TANJAKAN!"
hahaha.. itu baru hipotesa awal.. kebenarannya tidak bisa di pertanggung jawabkan!

Curug... ( lupa lagi namanya :( )
Spot kedua adalah curug ini, lupa lagi namanya :( spotnya dekat kandang batu, tidak jauh dari lokasi air panas di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Spot ini jarang di kunjungi, karena mungkin tidak terlalu besar, tapi menurut saya ini spot yang tidak kalah kerennya dari spot lainnya.



Nah ini spot ketiga yang ditunggu-tunggu oleh kami, yakni spot air panas, disini kita bisa berendam kaki atau seluruh tubuh kita, saya sih memilih untuk hanya berendam kaki, karena males ganti-ganti celananya.

Tapi tenang, buat yang mau berendem seluruh tubuh, di deket sini bisa ganti baju sambil sembunyi-sembunyi di belakang dedaunan.hehehe..


Sebelum tiba di pemberhentian akhir, kita foto dulu di jalur ini, jalur ini sering dilalui oleh para pengunjung curug Cibereum, keliatannya buat para pendaki, foto disini mah cemen, tapi kan jarang-jarang kesini bawa tas carrier sama matras, jadi kami sempatkan untuk foto di jembatan ini.

Cuplikan kalimat dari pemeran film 5cm saya pilih untuk menutup tulisan Perjalanan Naik Gunung Gede : "Dengan naik Gunung, kita bisa tahu siapa diri kita sebenarnya"

Take nothing but picture, Leave nothing but footprint

Senin, 22 Agustus 2016

THE FAMOUS TEBING KERATON, BANDUNG

5:00 am and the mist still there, the wind so cold, welcome to Dago!
“Elu dari Cianjur jam 3 pagi ya! Biar kekejar kabut-kabutannya”
“Siaaaaaappp!!”
Tepat  jam 3 pagi alarm bunyi, lalu gue siap-siapin dulu barang, mules dulu, dan siap berangkats!
*oke skip that mules part*
Paaas banget keluar rumah : hujan!
Hujannya gerimis sih, jadi gue memutuskan untuk berangkat ajalah dulu, siapa tau nyampe Bandung mah ga ujan.
Sepanjang jalan udah deg-degan takut ga ada kabut-kabutan, soalnya dulu pengalaman pas SMP pergi ke Gunung Tangkuban Parahu kawahnya ketutupan kabut, seketika langsung hilang kabutnya karena turun hujan, dan takutnya udah bela-belain bangun pagi, ehh gataunya di Tebing Keraton kabutnya kaga ada.
Ternyata gue salah, walaupun pas udah nyampe tebing keraton turun hujan, tetep masih ada kabut-kabutnya, perjalanan yang udah bela-belain dari pagi buta terselamatkan..fiuuhh




The idea is, how to make me dresses with the stunning shirt beside the green and white background
 Akses dari parkiran mobil menuju lokasi Tebing Keraton ya lumayan jauh, tapi ya ga jauh-jauh amat juga, tapi ya kalo yang mau ngejar kabut-kabutan subuh sih ya jadi lumayan jauh, eh gimana sih, bingung ga sih bacanya?  Iya gue juga bingung ngetiknya L
Kurang lebih jaraknya 3 km, bisa di tempuh dengan jalan kaki atau dengan menggunakan ojek di sekitar Tebing Keraton, bayar ojeknya 50ribu rupiah pulang pergi ditungguin. Kalau cuma perginya saja biayanya 30 ribu rupiah (ini kata tukang ojeknya sudah tidak bisa di tawar, udah kesepakatan bersama katanya). Yaudalah karena males jalan dan ada yang mau bayarin ojeknya, sikat aja lah naik ojek.
Ojek di Tebing Keraton itu ekstrim-ekstrim, dengan akses jalannya jelek dan menanjak, mereka masih aja gaspol, ini sih tips dari gue kalo milih ojek di Tebing Keraton, pastikan ketika badan kalian tidak ringan atau kalian tidak memiliki ilmu meringankan tubuh, jangan pilih ojek yang menggunakan motor matic, lah apalagi mamang tukang ojeknya udah engga yakin bakalan kuat motornya, alhasil kalian pasti mengalami yang gue alami yakni  kepaksa jalan di tanjakan terakhir menuju Tebing Keraton  

*yanasip badan berat*




Biaya masuk ke Tebing Keraton adalah 12 ribu rupiah pertanggal 13 Agustus 2016, sepertinya Tebing Keraton mulai dibuka sekitar  pukul 05.00, Ketika sampai di Tebing Keraton, lokasinya masih belum terlalu penuh, ada sih 3-4 orang yang udah duluan masuk, tapi yaahh masih sepi lah ya.. masih aman untuk  foto-foto dan ngeset kamera buat timelapse..untung aja ada mamang ojek yang mengantar.. walaupun motornya ga kuat di tanjakan terakhir, 
servis atuh euy mang motor teh biar kuat nanjak..
hahaha




Salah satu dari keempat pengunjung yang sudah standby dari pukul 5 pagi adalah si bule di foto gue ini, udah gaya banget dia pake topi cowboy, pake scarf, tas backpack ala-ala traveler, celana jogger pants, sandal gaul, dan jambang yang gagah. Ah gue pikir numpang fotoin aja buat di masukin ke blog gue..hahaha
Itu bule belum mandi kayanya, dia juga seudah di foto minta ditemenin ke WC sama temennya, mules juga sepertinya…. 
Tuh makanya bule, gapapa telat dikit, yang penting mulesnya di rumah aja, ga repot-repot mules di Tebing Keraton 

*ini kenapa sih jadi ngomongin bule yang mules :(*

before (1)

before (2)
after (1)
after (2)
Tebing Keraton Bandung terus memperbaiki batas-batas tebing, yang ketika tahun lalu gue pergi ke Tebing Keraton, pagar pembatasnya pendek, sehingga masih memungkinkan untuk di loncati oleh pengunjung, termasuk gue. Sekarang sudah di buat pembatas yang tinggi-tinggi, sehingga tidak ada yang berani untuk melewati batas pagar itu.



So, Tebing Keraton on the very cold saturday morning will relaxing you! Feel the fresh air, Feel the silence, feel the calming cold wind, Feel the cloud moving fast and the sun hurry to rise again.
Hmmmmm.. I think I’m ready to face weekdays again!

Selasa, 26 Juli 2016

REFRESHING KE HALAMAN BELAKANG RUMAH (CURUG PELANGI/CURUG CIMAHI & STONE GARDEN)



curug pelangi..alangkah indahnya.. merah kuning hijau.. hijau kuning merah
imagine this view, this exactly view that you can see every morning.. so calming..
i imagine this view is on my backyard.. tiap hari mandi di curug kayanya mah kalo yang begini jadi halaman belakang rumah..

pas mandi seger.. pas naek keringetan lagi.. terus gimana kalo keringetan lagi? mandi lagi di curug..gitu aja terus sampe supir angkot narik ferrari..


Curug Pelangi disebut juga Curug Cimahi, posisinya dekat dengan tempat wisata Dusun Bambu, Bandung.  Mungkin karena lokasinya yang mudah di capai, objek wisata Curug Pelangi ini banyak dikunjungi, sebagai objek wisata keluarga, curug pelangi ini tipikal curug yang bisa dikunjungi oleh perempuan dengan make up.. it means masih aman lah jalan kesini kalau kalian ga terlalu suka adventure ke pedalaman banget..

Curug pelangi atau curug cimahi ini berbeda dengan lokasi-lokasi curug dengan kedalaman dan jarak tempuh yang sulit (seperti curug malela, atau sanghyang heuleut).

Nah, Curug Pelangi ini merupakan curug yang ramah pengunjung.. untuk liburan keluarga atau mau pacaran kesini sih masih aman.. Tidak akan bikin si cewe gempor dan tidak akan membuat si cowo hilang wibawa karena kecapean naik tangga :)

Oiya, di Curug Pelangi, pengelolanya sudah membuat pijakan jalan tangga, jadi tidak licin dan sangat aman bahkan untuk anak kecil atau orang tua, dan juga ada tempat peristirahatannya yang legendaris di instagram.. jadi di buat semacam balkon yang muat untuk 16 dan 25 orang dengan disertai kursi dari ban bekas..

Ga nyangka ternyata kursi ban bekas ini sangat cocok di taruh di lokasi ini, sejauh pengalaman dan pendapat pribadi, kursi ban bekas itu ga cocok di taruh dimana-mana, eh tapi di dekat curug ini jadi bagus banget.

Jadi, gimana? mau nyoba pose instagram yang duduk di kursi ban sambil minum kopi? kalau mau, sini aa fotoin..

huge, isn't it?
Ternyata kalau dari dekat curug pelangi yang nampak ga terlalu besar pada awalnya, jadi besar juga ya? lumayan juga kalau mau berendam atau berenang di curug cimahi perlu hati-hati, tapi kalau buat foto-fotoan aja sih aman..hehehe



Saya memutuskan tidak berenang di curug ini, karena males ganti bajunya, karena lumayan banyak pengunjungnya, dan karena akan mengunjungi satu tempat lagi di daerah padalarang, Stone Garden!


Stone Garden ini entah gimana awal kemunculannya, mungkin sisa-sisa gunung kapur yang ada di sekitaran Tagog Apu, Padalarang, sempet kepikiran, mungkin gunung meletus terus bongkahan-bongkahan batunya nemplok-nemplok di tempat ini. *sebuah pemikiran panjang banget tuh ya, pemikiran briliant imajinatif sekelas taman kanak-kanak*

Batu-batu yang letaknya tidak beraturan ini yang bikin Stone nya membentuk Garden secara alami.
Dulu 2014, sempet ke tempat ini, dulu pengunjung tidak seramai sekarang, tapi juga lebih tidak terawat. bahkan dulu sempat mau di dirikan warung di sekitar Stone Garden ini, syukurlah kemarin kesini tidak ada warung di sekitaran Stone Garden (hanya ada warung di jalan-jalan menuju Stone Garden, lebih terkelola dengan baik)


Karena sekarang aja ga ada warung, tetap tipikal pengunjung Indonesia itu sama: pergi membawa makanan, pulang meninggalkan bungkus makanannya.
Apalagi budaya sunda "Botram" dikasih pemandangan Stone Garden Padalarang? Ah udah aja, jangan harap bersih!

Maka ketika 2014 ada warga sekitar yang mau mendirikan warung, udah hopeless aja sama tempat ini, hampir bisa dipastikan sampah dimana-mana. Tapi untungnya sih sekarang sudah ada yang mengelola, dan tiket masuknya tidak mahal, cuma 5 ribu rupiah saja, parkirnya 3 ribu, ada biaya ormas juga 4 ribu jadi total main-main ke Stone Garden hanya 12 ribu saja.

Oiya, beli pertamax 20 ribu, oiya beli kelapa muda 10 ribu, oiya nasi padang 15 ribu *eh ya ko jadi mahaaalll.. hahahaha*




Selasa, 12 Juli 2016

WISATA GRAFFITI DI BANDUNG

www.ericnoah.com
Seinget gue, dulu pernah suatu kali pas SMA, pada jaman itu di ajarkan pengertian Graffiti oleh guru seni, dan sampe sekarang masih nempel pengertiannya (walaupun tidak sama kata-katanya), alesan pengertian graffiti masih nempel adalah karena gue sangat menyenangi seni Graffiti ini sejak SMA, yang  sayangnya terhenti karena modal. Menggambar Graffiti di jalanan ini memerlukan modal yang tidak sedikit, a.k.a mending duit cat semprotnya dibeliin baso (perut lebih berkuasa dibanding otak kiri)
the yellow dino (dekat BNI pusat, Bandung)
Graffiti adalah menggambar dengan media tembok menggunakan cat semprot yang dilakukan dengan tergesa-gesa. Agak kurang relevan dengan jaman sekarang memang sih, sekarang seni graffiti berkembang dengan demikian hebat. Dulu penggiat seni Graffiti menggambar (ngebomb) secara ilegal, sembunyi-sembunyi dari kejaran sat pol PP, namun sekarang di beberapa kota besar di Indonesia, banyak yang melakukannya secara terang-terangan, siang-siang malah (cuma kendalanya panas doang sih).

bedlam (stasiun selatan K.A Bandung)

Bandung melahirkan banyak sekali penggiat seni Graffiti yang superduper keren banget! dari semenjak dulu banget, ada beberapa nama artist Graffiti terkenal sih dari Bandung, contohnya FAB (Flagrant Act of Bombing), The Yellow Dino, Eric Noah, Bedlam (eh bedlam dari Bandung bukan yak, hahaha),sekarang banyak berkembang artis Graffiti lainnya yang keren-keren, tapi yang gue ikutin sih itu tadi yang disebutin.

instagram-able, rite?
Kecenya spot-spot graffiti itu menurut gue adalah kalian tinggal geser beberapa langkah, eh udah nyampe gambar yang lainnya oleh artist yang lain, jadi dapet 2 gambar buat di posting di instagram, dan tentunya sangat berpotensi mendapat likes yang banyak (apalagi kalo cewe cantik atau cowo ganteng). Kadang bingung juga sama instagram ya, cewe cantik ngupload foto sendal jepit yang likes bisa ribuan, coba kalo gue yang upload sendal jepit, pasti dikomen : "dapet dari masjid mana tuh?"




sebelah Paskal Hyper Square, Bandung
























Nah dari 3 foto diatas, ini lokasinya sering banget gue lewatin, dulu pas jaman kuliah dari asrama menuju kampus pasti akan lewat sini, tapi yang jadi pertanyaan gue dari dulu sampe sekarang tiap liat Graffiti di tempat itu adalah: itu mau ngebomb di tempat itu gimana caranya coba, lewatnya lewat mana? masih ga ngerti mereka yang ngebomb disitu lewat mana,apakah loncat atau lewat kolong jembatannya atau lewat perkampungan belakang?hehehe,  tapi di tempat itu memang jadi salah satu spot favoritnya bomber-bomber sepertinya, gambarnya keren-keren abis!

Jalan Naripan, Bandung
Hal yang keren lagi dari pergerakan Graffiti di Indonesia (khususnya di Bandung) sekarang adalah mereka menggambar sudah sangat realistik, sangat mirip dengan aslinya, aduh kalo dulu mah 2 dimensi, tapi sekarang? WOW! gila-gila karyanya.. i was wondering, how's they do the paint? they are really talented, and superduper cool!!

Noah x Bedlam
Memang sih banyak sekali perdebatan mengenai Graffiti, apakah jadi polusi visual ataukah malah visual jalanan jadi lebih menarik? Graffiti itu ilegal, namun banyak juga yang setuju kalau gambarnya bagus, kalau di tempat-tempat tertentu yang bukan bangunan heritage, tapi kalau yang asal curat-coret ga jelas, itu baru yang ilegal.

Tapi kita tinggalkan dulu perdebatan yang ga bakal pernah habis-habis itu, let's enjoy the huge, the cool, the good quality picture of Graffiti in Bandung