Akhirnya tiba juga waktu yang selalu aku takutkan
Aku yang bodoh tidak bisa membaca pikiranmu
Pantas ketika pertemuan di rumahku, rumah yang kurancang untuk tinggal bersamamu,
Seolah pikiranmu sedang lari kemana-mana
Begitu pula ketika kita liburan bersama,
Aku gagal memahami kaburnya pikiranmu,
Aku selalu takut kehilangan kamu
Aku selalu tidak mau membahas perpisahan kita
Aku terlalu mencintaimu
Aku terlalu jatuh pada senyummu, pada renyahnya suara tawamu
Aku terlalu ingin kamu yang menemaniku seumur hidupku
Namun tidak dengan kamu, ternyata bukan aku yang kamu impikan
Ternyata aku tidak pernah ada di skenario hidupmu
Ternyata memang kamu merencanakan untuk membiarkanku hancur sendirian
Sekarang kamu sudah punya rumah baru
Sudah bahagia dan dengan teganya meninggalkan aku runtuh sendirian
Dulu kita yang sedekat nadi, kini sejauh matahari
Bila suatu saat yang entah kapan itu,
Bahkan hampir mendekati kemustahilan kamu membaca kata-kata ini
Kamu harus tahu,
Kamu telah menghancurkan aku sedemikian rupa,
Tapi lagi-lagi, aku tidak akan pernah bisa membenci kamu
Terlalu besar rasa cinta aku buat kamu
Semoga suatu saat kamu menyadarinya, walaupun mustahil
Akhirnya tiba juga di waktu yang aku selalu takutkan